s Imooet

s Imooet

Cari Blog Ini

Selasa, 22 Juni 2010

Tabir Pesona Kemuliaan Wanita -_-

Maha Mulia Allah yang telah mensinergikan segala potensi kebaikan yang ada pada diri manusia untuk memberikan yang terbaik bagi hamba-hambaNya yang ada di hamparan pelangi cinta dan taman kasih sayang-Nya. Teriring shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yaitu Rasulullah SAW, para keluarga, para sahabat dan umatnya yang senantiasa dengan baik mengikuti jejak sunnahnya hingga hari akhir nanti. Allahumma Amin.

Anda, dengan keindahan fisik yang Anda miliki, lebih indah daripada mentari. Anda, dengan kedermawanan yang Anda miliki, lebih terang dari cahaya matahari. Anda, dengan akhlak yang Anda miliki lebih harum daripada kesturi. Anda, dengan kesabaran yang Anda miliki lebih dalam dari lautan. Anda, dengan kerendahhatian yang Anda miliki, lebih tinggi daripada rembulan. Anda, dengan sifat kasih sayang yang Anda miliki, lebih menyegarkan daripada hujan. Karena itu, peliharalah keindahan fisik itu dengan iman, peliharalah keridhaan itu dengan sikap qana’ah dan peliharalah kesuciaan diri itu dengan hijab.

Ungkapan ini tampaknya dilatarbelakangi oleh berkembangnya banyak persepsi salah tentang tolak ukur pesona kemuliaan seorang wanita. Pernyataan ini merupakan satu upaya untuk menolak berbagai syubhat berbahaya yang sudah menyentuh wilayah akidah. Yaitu, adanya anggapan bahwa dengan fisik indah, seorang wanita akan mampu meraih kemuliaan dan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.

Anggapan ini tidak bersumber dari ajaran agama Islam. Sebab, kemuliaan seorang wanita tidak terletak pada keindahan fisik wanita tersebut, keelokan tubuh, keindahan wajah dan banyaknya perhiasan. Dalam Islam ketiga hal tersebut adalah fitnah (ujian) bagi seorang wanita yang bukan saja bisa membawanya menuju kemuliaan, tapi juga bisa menghantarkan dirinya ke lembah kehinaan. Kenyataannya, tidak sedikit manusia yang terjebak dengan anggapan bahwa keindahan fisik adalah segala-galanya. Mereka menganggap bahwa kemuliaan dan kebahagiaan akan didapat bila berwajah cantik, kulit yang putih dan tubuh yang elastis. Maka tidak aneh kalau banyak ditemukan para wanita mati-matian memperindah fisiknya dengan cara mengoperasi plastik wajahnya, menghambur-hamburkan berjuta-juta uang demi mengejar popularitas. Bagi yang tidak mampu, mereka menjadi rendah diri dan merasa tersingkir dari pergaulannya.

Padahal keindahan fisik tidak dapat dijadikan tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Lebih jauh lagi, semua itu tidak bisa menjamin seseorang akan bahagia. Banyak juga wanita yang terjerumus pada penuhanan materi. Bagi mereka, materi adalah harga diri dan segala-galanya. Dengan anggapan itu mereka mau melakukan apapun untuk bisa meraihnya, bahkan tubuhnya pun dengan mudah dapat dikorbankan. Dalam konteks ini, mereka bukannya jadi terhormat, justru bernilai rendah di hadapan Allah SWT. Di satu sisi mereka bersikap mendua, mengakui Allah Azza wa Jalla sebagai Tuhan, tetapi pada saat yang sama mereka menuhankan fisik dan materi. Di sisi lain, pengorbanan mutiaranya akan membuat orang yang melihatnya tidak menghormati mereka.
Pengaruh Media Massa
Kenyataan ini tidak bisa lepas dari pengaruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Kekuatan media massa terletak pada pengaruhnya untuk membentuk opini ummat. Dengan intensitas yang begitu ketat, media massa terutama televisi bukan saja menawarkan hiburan tapi juga secara tidak langsung telah menawarkan nilai, budaya dan prinsip hidup. Secara perlahan tapi pasti, sajian televisi yang asalnya menjadi tontonan saja berubah menjadi tuntunan penontonnya, padahal tidak semua sajian televisi menawarkan nilai yang sama dengan penontonnya. Kondisi yang terburuk adalah ketika sajian televisi menjadi pengendali tren di berbagai aspek kehidupan seperti pola pikir, tingkah laku, dan akidah sehingga semua yang ada di televisi menjadi patokan penontonnya dalam kehidupan nyata.

Tampaknya sajian televisi yang begitu mengaggungkan seorang wanita yang memiliki keindahan fisik telah mempengaruhi persepsi kebanyakan masyarakat yang melihatnya. Padahal itu semua salah dan bertentangan dengan ajaran agama Islam. Di dalam Al-Qur’an, Allah telah menyatakan bahwa tolak ukur kemuliaan itu adalah ketakwaan bukan keindahan fisik. Firman-Nya, “sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” ( Q.S.Al-Hujurat : 13 ). Ketakwaan itu ada di dalam hati. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah S.AW bahwa “sesungguhnya Allah SWT tidak melihat seseorang dari bentuk tubuhnya tapi melihat hati dan amalnya”.
Meraih Kemuliaan

Sesungguhnya kemuliaan seorang wanita dapat diraih manakala ia memiliki kemampuan untuk menjaga martabatnya dengan iman, menerima dan mensyukuri semua karunia yang telah Allah berikan, menghijab dirinya dari kemaksiatan, menghiasi semua aktifitasnya dengan ibadah dan memberikan yang terbaik terhadap sesama.

Seorang wanita yang mampu melaksanakan semua itu akan mulia di hadapan Allah dan terhormat di hadapan manusia. Sejarah mencatat bahwa di dunia Islam, sudah sejak dulu banyak muncul para wanita mulia yang mendapatkan tempat terhormat di tengah-tengah umat hingga kini. Seperti, Siti Khadijah RA yang namanya terus berkibar sampai sekarang, bahkan setiap anak wanita dianjurkan untuk meneladaninya. Terkenalnya seorang Siti Khadijah bukan karena kecantikan dirinya, namun karena pengorbanannya dalam mendukung perjuangan Rasulullah SAW mendakwahkan Islam, selanjutnya Siti Aisyah RA, salah seorang istri Rasulullah SAW dan juga seorang cendikiawan muda. Darinya para sahabat Rasulullah mendapat berbagai disiplin ilmu, seperti fikih dan tafsir.

Pada masanya, Siti Aisyah RA dihabiskan menjadi ulama, guru para sahabat Rasulullah. Masih banyak wanita-wanita mulia yang berkarya untuk umat pada masa-masa berikutnya. Keharuman dan keabadian nama mereka disebabkan oleh kemampuan mengembangkan kualitas diri, menjaga iffah (martabat) dan memelihara diri dari kemaksiatan. Sinar kemuliaan mereka muncul dari dalam diri yang dilandasi dengan hati yang tulus lagi suci bukan hanya fisik semata. Sinar inilah yang lebih kekal dan abadi. Bagi mereka, fisik hanya perhiasan dunia saja yang dalam waktu lama akan hancur dan binasa, sehingga fisik seperti apapun tidak bisa banyak memberikan kebahagiaan yang hakiki dan mempengaruhi kehidupan mereka.(*)



Kemuliaan Seorang Wanita
17 Apr
Aku bangga terlahir sebagai seorang wanita. Begitu mulianya seorang wanita, sehingga Allah meletakkan surga di bawah telapak kaki seorang ibu. Begitu mulianya seorang wanita, sehingga Allah menyematkan wanita sholeha sebagai perhiasan dunia yang terindah. Begitu mulianya seorang wanita, sehingga Rasul mengatakan seorang wanita sholeha lebih baik daripada 1000 lelaki yang sholeh.
Aku lalu bertanya, sesungguhnya apa yang membuatku bisa begitu mulia? Apakah ketika aku menjadi seorang wanita karir? Apakah ketika aku bisa merebut posisi laki-laki di ranah pekerjaan? Apakah ketika aku bisa menjadi pemimpin kaum lelaki? Apakah ketika aku bergelar sarjana, master dan doktor? Apakah ketika pesona tubuhku melenakan jutaaan pasang mata yang melihatnya? Apakah ketika aku merasa bisa berdiri sejajar dengan kaum lelaki di sektor publik?
Aku terlahir sebagai wanita yang kusadari memang ada yang berbeda. Aku memiliki kelembutan untuk menyayangimu. Aku memiliki kesabaran untuk menjadi sandaranmu. Aku memiliki ilmu untuk membantumu. Aku memiliki cinta untuk menjadikanmu nyaman dengan kehadiranku. Aku memiliki rasa hormat untuk membuatmu menjadi dihargai. Aku memiliki ketegasan untuk menjaga kehormatanku.
Wanita menjadi mulia saat ia bisa menjadi seorang istri yang bisa mendukung perjuangan suami, menjadi seorang ibu yang bisa mencetak generasi idaman umat, menjadi anggota masyarakat yang bisa berperan dalam lingkungannya, dan menjadi seorang hamba yang takut pada Rabbnya.
Wanita menjadi mulia saat tak silau oleh bujuk rayu dunia, tak luntur oleh terpaan badai ujian, tak goyah oleh kilauan permata, tak runtuh oleh ganasnya gelombang badai kehidupan, dan menjadi sosok yang tegar sekuat batu karang.
Wanita menjadi mulia bukan karena balutan busana seksinya. Ia menjadi mulia dengan hijabnya, hijab yang hanya akan dibuka pada orang yang layak untuknya. Karena Ia laksana mutiara di tengah lautan, yang tidak sembarangan orang bisa menyentuhnya, bukan laksana mawar di pinggir jalan yang setiap orang bisa memetiknya bahkan membuangnya sesuka hatinya.
Wanita tak akan menurun kemuliannya saat tidak dianggap berkulit putih, bertubuh langsing, berambut lurus, berwajah cantik, dan berbarang merk mahal dan terkenal. Tapi dia akan menunjukkan diri dengan akhlak mulianya, kelembutan hatinya, kesantunan lisannya, ketulusan senyumnya, keteduhan pandangannya, kecerdasan fikir dan emosinya, serta keteguhan sikapnya.
Wanita tak lebih menurun kemuliannya ketika Ia hanya menjadi ibu rumah tangga. Bahkan itu adalah profesi paling mulia bagi seorang wanita, ummu warobatul bait, yang dimata para feminis dan pejuang gender tak ada nilainya. Bukankah kemuliaan tertinggi hanya di mata Allah? Dan menjadi ibu dan pengatur rumah tangga adalah multiprofesi tanpa gaji tapi berpahala tinggi. Di tangan seorang istrilah dukungan utama perjuangan suami, sandaran rasa lelah suami, tempat terindah keluh kesah suami, dan hiburan paling mujarab bagi suami. Di tangan seorang ibu lah generasi dilahirkan, dipersiapkan, dididik dan diperhatikan. Dialah madrasah pertama dan utama, yang melahirkan calon-calon generasi andalan umat. Dialah manajer rumah tangga paling handal, direktur keuangan paling mumpuni dan partner paling hebat untuk keluarga, yang menjadikan rumahnya adalah baity jannati bagi siapa saja yang berada bersamanya.
Maka berbanggalah dengan peranmu wahai wanita, dan jadikanlah dirimu sebenar-benar perhiasan dunia.
Lembut mu tak bererti kau mudah dijual beli
Kau mampu menyaingi lelaki dalam berbakti
Lembut bukan hiasan bukan jua kebanggaan
Tapi kau sayap kiri pada suami yang sejati
Disebalik bersih wajah mu disebalik tabir diri mu
Ada rahsia agung tersembunyi dalam diri
Itulah sekeping hati yang takut pada ilahi
Berpegang pada janji mengabdikan diri
Malu mu mahkota yang tidak perlukan singgahsana
Tapi ia berkuasa menjaga diri dan nama
Tiada siapa yang akan boleh merampasnya
Melainkan kau sendiri yang pergi menyerah diri
Ketegasan mu umpama benteng negara dan agama
Dari dirobohkan dan jua dari dibinasakannya
Wahai puteriku sayang kau bunga terpelihara
Mahligai syurga itulah tempatnya

Tidak ada komentar: